
Transcription
HAKIKAT MANUSIA MENURUT PARA MUFASSIR ISYARISKRIPSIDiajukan Oleh :AULIA TURRAHMINIM. 140303018Prodi Ilmu Al-Qur’an danTafsirFAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFATUNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRYDARUSSALAM - BANDA ACEH2019 M/1440 H
HAKIKAT MANUSIA MENURUT PARA MUFASSIRISYARINama/ NIMTebal SkripsiProdiPembimbing IPembimbing II: Aulia Turrahmi/140303018: 41 Halaman: Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir: Dr. Husna Amin, M. Hum: Furqan Lc, M.AABSTRAKSkripsi ini mengkaji tentang “Hakikat Manusia Menurut Para Mufassir Isyari”.Allah Swt memberikan isyarat tentang adanya tahap pertumbuhan manusia, yakniproses bertahap yang berkaitan satu sama lain dari tanah sampai menjadi manusia.Dalam tafsir isyari tidak saja mengemukakan makna lafal-lafal, sebagaimana yangdikehendaki lafal, tetapi juga menghadapi makna yang dikehendaki isyarat.Tujuan penelitian disini adalah untuk mendeskripsikan lafaz-lafaz tentangmanusia dalam Alquran serta untuk menjelaskan konsep manusia menurut tafsirisyari. Jenis penelitian adalah penelitian kepustakaan (Liberary research)menggunakan metode deskriptif kualitatif, seluruh data diperoleh dari studi atautelaah buku-buku, karya ilmiah, serta beberapa literatur lainnya yang berkaitandengan masalah yang dibahas. Dengan mengolah dan menganalisis data penulismenggunakan metode tafsir maudhu’i atau tematik. Hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa hakikat manusia adalah untuk menyembah Allah Swt, dansetiap manusia memiliki 6 tanggung jawab yaitu: sebagai hamba Allah, harusmengerjakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sebagai AlNas, harus menyambung tali silaturrahmi dan saling menolong sesama manusia,sebagai khalifah Allah, harus menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, sebagaiBani Adam, harus berpegang teguh pada keyakinan bahwa Nabi Adam AS adalahmanusia pertama di Bumi dan bukanlah evolusi dari kera, sebagai al-Insan, harusmenggunakan kemampuan dalam belajar untuk melakukan hal-hal yang baik,sebagai al-Basyar, harus mempertanggungkan akal pikiran dan perbuatan. Adapunkonsep manusia menurut tafsir isyari adalah mendekatkan diri kepada Allah selaluberpegang teguh pada tauhid dan tidak pernah bercampur dengan bid’ah.Mendekatkannya dengan sesuatu yang mereka dapatkan dari para salaf yangmerujuk pada golongan terdahulu, yaitu generasi para tabiin yang mengikuti jejakpara pendahulunya dan ahli sunnah (Rasulullah Saw, dan para sahabat). Mufassirnya tergolong ke dalam kelompok orang-orang yang berakhlak mulia, sempurnaimannya, lagi bersih pengetahuannya. Qusyairi salah satu tokoh mufassir isyari,dikenal sebagai orang yang berjasa dalam mengkompromikan antara syari’ah danhakikat serta mengembalikan landasan tasawuf ke asalnya yaitu Alquran. TafsirIsyari ini tidak memungkinkan dikonsumsi bagi kaum awam, dikarenakan adanyakekhawatiran bagi orang yang membacanya, menganggap bahwa makna itulahmakna yang dikehendaki oleh Alquran.iv
KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah swt yang telahmenurunkan wahyu Alquran sebagai petunjuk manusia sekalian alam. Dimanadengan rahmat dan karunianya penulis telah dapat menyelesaikan penulisanskripsi ini. Shalawat serta salam keharibaan Nabi besar Muhammad saw yangtelah membawa manusia dari alam jahiliyah ke alam Islamiyah dan dari alamkebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan dan dari alam menyembah berhalake alam menyembah Allah swt.Dengan taufik dan hidayah Allah swt. Skripsi ini telah dapat penulisselesaikan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi tugas-tugas dalammenyelesaikan program Strata satu (S-1) pada Fakultas Ushuluddin Jurusan IlmuAlquran dan Tafsir UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh. Untuk itu penulisdapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “HakikatManusia Menurut Para Mufassir Isyari.”Dalam penulisan skripsi ini banyak sekali kesulitan yang penulis hadapi,ini disebabkan kurangnya ilmu dan pengetahuan penulis dalam menyusun sebuahkarya ilmiah. Akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak, kesulitan iniberangsur-angsur dapat teratasi, sehingga skripsi ini dapat dijadikan dalam bentukseperti ini.Ucapan terima kasih teristimewa dan rasa hormat yang mendalam penulisucapkan kepada Ayah dan Bunda yang selalu memberi motivasi danmenyemangati tanpa hentinya. Sehingga penulis dapat memperdalam ilmupengetahuan di perguruan tinggi UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Dalam penyusunanv
skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagaipihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulismenyampaikan terima kasih kepada:1. Bapak Rektor UIN Ar-Raniry, yang telah memimpin lembaga tersebut denganbaik2. Ibu Nuraini S.Ag., M.Ag. selaku penasehat akademik. Pembimbing I Ibu Dr.Husna Amin, Hum. Dan pembimbing II Bapak Furqan Lc, M.A yang telahbersedia meluangkan waktunya untuk menyumbangkan ilmunya untukmembimbing, memberi semangat, motivasi, dan mengarahkan penulis dalammenyelesaikan skripsi ini sehingga selesai . Dengan ketulusan hati beliautersebut semoga mendapat berkat dan rahmat yang berlipat ganda dari-Nya.3. Kakak Uliyana, Umul Aiman dan adik Muhammad Sultana, lisda, Bang RusliAlkandari, Bang Mursyid, sahabat (RAPI) yaitu Mama Rara, Mama Ira danPutri, Sanggar Bijeh Ushuluddin, Keluarga Ilmu Alquran dan Tafsir (IAT) danteman-teman seangkatan 2014.4. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin, yang telah merumuskan buku rujukansebagai syarat-syarat penulisan karya ilmiah. Dengan rujukan buku inilahyang sudah membantu saya untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.5. Karyawan Perpustakan UIN Ar-Raniry, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin,Pustaka Wilayah, Pustaka Baiturrahman, karena tanpa pustaka penulis tidakdapat mencari bahan rujukan untuk menyiapkan skripsi yang dikaji. Atasbantuan dan kerjasamanya, jasa baik yang telah diberikan, semoga mendapatimbalan dan menjadi amal baik bagi yang bersangkutan dan mendapat pahalayang berlipat ganda disisi Allah.vi
Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat, baik bagi penulis sendiri maupunbagi pembacanya yang senang dan mencintai kebijakan menuju jalan yang lurus.Akhirnya penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh darikesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, karenanyapenulis mengharapkan kritikan dan saran-saran yang membangun dari semuapihak agar penulisan dapat disempurnakan pada masa mendatang Amin YaRabbal ‘AlaminBanda Aceh, 31 Desember 2018Aulia Turrahmivii
PEDOMAN TRANSLITERASI DAN SINGKATANA. TRANSLITERASITransliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penulisan Skripsi iniberpedoman pada transliterasi ‘Ali ‘Audah1 dengan keterangan sebagai berikut:Arab ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص TransliterasiTidak disimbolkanBTThJḤ (titik di bawah)KhDDhRZSSyṢ (titik di bawah) ض Ḍ (titik di bawah)Arab ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه ء ي TransliterasiṬ (titik di bawah)Ẓ (titik di bawah)‘GhFQKLMNWH YCacatan :1. Vokal Tunggalَ (fathah) a misalnya, حدث ditulis hadathaَ (kasrah) i misalnya, قيل ditulis qilaَ (dammah) u misalnya, روي ditulis ruwiya2. Vokal Rangkap( ( )ي fathah dan ya ) ay, misalnya, هريرة ditulis Hurayrah1Ali Audah, Konkordansi Qur’an, Panduan Dalam Mencari Ayat Qur’an, Cet: II,(Jakarta: Litera Antar Nusa, 1997), xiv.v
( ( )و fathah dan waw) aw, misalnya, توحيد ditulis tauhid3. Vokal panjang( ( )ا fathah dan alif) ā, (a dengan garis diatas)( ( )ي kasrah dan ya) ī, (i dengan garis diatas)( ( )و dammah dan waw) ū, (u dengan garis diatas)Misalnya: معقول ditulis ma’qūl, برهان ditulis burhān, توفيق ditulis taufīq4. Ta’ Marbutah ( )ة Ta’ Marbutah hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah,transliterasinya adalah (t), misalnya الفلسفة االولى ditulis al-falsafat al-ūlā.Sementara ta’ marbutah mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinyaadalah (h), misalnya: تهافت الفالسفة ditulis Tahāfut al-Falāsifah. دليل االناية ditulisDalīl al- ināyah. مناهج االدلة ditulis Manāhij al-Adillah.5. Syaddah(tasydid)Syaddah yang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan lambang َ, dalamtransliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yakni yang sama dengan hurufsyaddah, misalnya إسالمية ditulis islāmiyyah.6. Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ال transliterasinya adalah al, misalnya: النفس ditulis al-nafs, dan الكشف ditulis alkasyf.7. Hamzah ( )ء Untuk hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata ditransliterasikandengan ( ), misalnya: مالئكة ditulis malā ikah, جزئ ditulis juz ῑ. Adapunvi
hamzah yang terletak diawal kata, tidak dilambangkan karena dalam bahasaArab, ia menjadi alif, misalnya: اختراع ditulis ikhtirā .B. Modifikasi1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa tanpa transliterasi,seperti Hasbi Ash Shiddieqy. Sedangkan nama-nama lainnya ditulis sesuaikaidah penerjemahan. Contoh: Mahmud Syaltut.2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia, sepertiDamaskus, bukan Dimasyq; Kairo, bukan Qahirah dan sebagainya.C. SingkatanSwt : Subḥānahu wa ta’ālaSaw : Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallamQS. : Quran Surat.ra: raḍiyallahu ‘anhuas : ‘alaihi salamHR : Hadis RiwayatTerj : Terjemahant.th. : Tanpa tahun terbitdkk : Dan kawan-kawant.tt: Tanpa tempat terbitjld: Jilidvii
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL . iPERNYATAAN KEASLIAN . iiLEMBARAN PENGESAHAN . iiiABSTRAK . ivPEDOMAN TRANSLITERASI . vKATA PENGANTAR .viiiDAFTAR ISI .xiBAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah .1B. Rumusan Masalah .5C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .5D. Kajian Pustaka .7E. Kerangka Teori .10F. Definisi Operasional .12G. Metode Penelitian .13H. Sistematika Pembahasan .17BAB IITAFSIR ISYARI DAN METODENYAA. Pengertian Tafsir Isyari.19B. Perkembangan dan Fungsi Tafsir Isyari .22C. Metode dan Karakteristik Tafsir Isyari .25D. Perdebatan Ulama tentang Kelebihan dan KekuranganTafsir Isyari .27BAB IIIPANDANGAN MUFASSIR ISYARI TENTANG HAKIKATMANUSIAA. Pengertian Manusia.35B. Ayat-ayat tentang Lafaz Manusia .41C. Manusia menurut Pandangan Mufassir Isyari .47D. Analisa Penulis .52BAB IVPENUTUPA. Kesimpulan .63B. Saran-saran.64DAFTAR PUSTAKA .66DAFTAR RIWAYAT HIDUP .68xi
BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahAlquran merupakan kitab suci dari Allah swt sebagai petunjuk yangmengandung pedoman dan informasi bagi manusia di dunia dan akhirat. Persoalantentang al-Insan pun dapat dirujuk dalam Alquran. Namun, isi Alquran baru akanmenjadi petunjuk-petunjuk bila telah dipelajari dan dipahami. Apabila dihayatidan diamalkan, ia akan membentuk realitas keimanan yang dibutuhkan bagistabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat. al-Insan (manusia)sebagai salah satu makhluk Allah telah menarik perhatian banyak peneliti, karenamanusia merupakan makhluk yang paling sempurna dibandingkan makhluklainnya, seperti mempunyai akal budi, memiliki potensi untuk berkembang,berinteraksi dengan lingkungan dan sebagainya.Kecenderungan penelitian tentang manusia karena manusia merupakanobjek kajian yang terpenting, sehingga mendapat perhatian lebih dari para ilmuan,seperti sosiolog, antropolog, psikolog, filosof, agamawan, dan lain-lain. Padaumumnya manusia khususnya kaum sufi memahami ayat-ayat Alquran bukansekedar dari lahir yang tersurat saja, namun mereka memahami secara batin atausecara tersirat. Para sufi pada umumnya berpedoman pada hadits Rasulullah Saw: لكل اية ظهر و بطن و لكل حرف حد و لكل : عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم انه قال حد مطلع ”Artinya: ”Dari Rasulullah saw, beliau bersabda: ”Setiap ayat itu mempunyaimakna dhahir dan batin dan setiap huruf mempunyai batasan dan setiap batasan1
2ada tempat melihatnya”.1 Sunnah juga telah mengisyaratkan dari riwayat alHasan, sebagai hadis mursal dari Rasulullah Saw, dikutip dari para sahabatRasulullah Saw, atsar yang menunjukkan bahwa mereka itu mengenal tafsirisyari.2 Hadis di atas adalah merupakan dalil yang digunakan oleh para sufi untukmenjastifikasi tafsir mereka yang eksentrik, menurut mereka dibalik makna zahirdalam redaksi teks Alquran tersimpan makna batin, mereka menganggap pentingmakna batin ini, mereka mengklaim bahwa penafsiran seperti itu bukanlah unsurasing (ghaib) melainkan sesuatu yang indera dengan Alquran.Sekalipun hadis-hadis itu menegaskan bahwa untuk setiap ayat ada maknabatinnya disamping makna lahiriyah. Yang dimaksud dengan makna-maknalahiriyah adalah makna-makna yang difahami dari lafaz-lafaz ayat itu, tentu sajadengan bantuan analisis bahasa atau juga makna makna yang difahami lewatbantuan riwayat, sejarah. Sementara yang dimaksud makna-makna batiniyah atautakwil adalah makna-makna yang diserap oleh seorang arif atau makna yangdijelaskan oleh Rasulullah, para imam atau wali-wali, yang tidak semua orangdapat memahaminya, hanya orang-orang yang dibukakan pintu hati oleh Allah swtsaja yang dapat memahaminya.Sebagian kalangan sufi memahami bahwa makna batin tidak dapatdiketahui melainkan dengan cara riyadhah ruhaniyah (semacam amalan olahanjiwa). Berawal dari eksperimen jiwa inilah seorang sufi bisa mencapai derajatkasyaf (terbukanya tabir rahasia) yang dengannya isyarat-isyarat dari balikuntaian ayat-ayat Alquran dapat dicapai. Hanya saja, orang banyak berbeda12Hadis yang diriwayatkan oleh al-Farabi dari riwayat al-Hasan secara mursalNana, Mahrani.Tafsir Isyari, Dalam, Jurnal Hikmah, Vol. 14,No. 1, (2017). 1829-8419.
3pendapat dalam memahami makna batin Alquran itu, kaum bathiniyah, misalnya,mengakui adanya makna batin terhadap Alquran tersebut, tetapi merekamenafsirkan makna batin Alquran tersebut menurut angan-angan mereka sendiriyang rusak dan sama sekali mengingkari makna zahirnya.3 Dalam penafsiran sufimufassirnya tidak menyajikan penjelasan ayat-ayat Alquran melalui jalan I’tibaridengan menelaah makna harfiyah ayat secara zahir. Tetapi lebih padamenyuarakan signifikansi moral yang tersirat melalui penafsiran secara simbolikatau dikenal dengan penafsiran isyari.Wahid mengatakan dalam jurnalnyabahwa kendatipun demikian mufassirmufassir sufi tidak pula berani mengatakan bahwa tafsir isyari hasil dari produkmereka ini merupakan satu-satunya tafsiran yang dimaksud oleh ayat yangditafsirkan, dengan arti kata bahwa tafsir itulah yang benar, bahkan merekamengatakan bahwa makna lahiriyah suatu ayat mesti difahami terlebih dahulusebelum memahami secara isyari.4Dalam sejarahnya telah terjadi kontroversi tentang tafsir isyari (tafsirsufistik) dikarenakan penafsiran isyari mempunyai pengertian-pengertian yangtidak mudah dijangkau oleh masyarakat umum bahkan oleh sebagian ahli tafsiryang tidak menempuh suluk dan tidak mengenal keilmuan dalam bidang tasawuf.Sebagian ulama menilai bahwa tafsir isyari itu “tafsir batin” yang tidak dapatditerima oleh akal, makna batin adalah makna yang tersembunyi dari tanda-tandaataupun isyarat-isyarat yang tampak oleh para pelaku suluk ada juga yang3Mahmud Basuni Faudah, Tafsir-Tafsir Al-Qur’an: Perkenalan Dengan MetodologiTafsir, Terj. H. M. Mochtar Zoeni, dari judul asli: At-Tafsir Wa Manahijuh (Pustaka, Bandung.1977), hlm. 252.4Abd, Wahid, Tafsir Isyari Dalam Pandangan Imam Ghazali, Jurnal Ushuluddin, Vol.XVI, No. 2, Juli 2010, hlm. 125.
4berpendapat ia mengikuti teori-teori filsafat, dan ada juga yang berpendapat tafsirisyari itu adalah pengalaman spiritual dan kasyaf atau mukasyafah5 hati ataspancaran-pancaran ilahi ketika menafsirkan ayat-ayat Alquran. Ada beberapabentuk tafsir yang digunakan ulama untuk menafsirkan ayat-ayat Alqurandiantaranya adalah tafsir bi al-ma’tsur, yaitu tafsir yang berdasarkan pada dalildalil naqli, menafsirkan Alquran dengan Alquran, Alquran dengan sunnah yangshahih yang berfungsi sebagai penjelas Alquran. Selain itu ada ulama yangmenggunakan bentuk bil al-ra’yi (tafsir berdasarkan pikiran).6Bentuk lain yang digunakan para ulama dalam menafsirkan Alquran salahsatunya yaitu tafsir isyari, tafsir isyari berbeda dengan tafsir lainnya. Tafsir isyariadalah satu bentuk penafsiran Alquran yang dilakukan ulama terhadap ayat-ayatAlquran yang agak berbeda dengan cara yang dilakukan oleh ulama tafsir padaumumnya. Tafsir ini merupakan tafsir sufistik yang menggunakan metode isyaratdalam penafsirannya.Tafsir isyari sebagai penafsiran Alquran yang berlainan menurut zahir ayatkarena adanya petunjuk-petunjuk yang tersirat dan hanya diketahui oleh sebagianulama, atau hanya diketahui oleh orang yang mengenal Allah yaitu orangberpribadi luhur dan telah terlatih jiwanya (mujahadah).7 Meskipun tafsir isyarimengakui makna zahir, namun ia masih menggunakan atsar seperti yang5Kasyaf adalah salah satu karamah atau kelebihan yang diberikan Tuhan kepada hambahambaNya yang dikasihiNya. Apa yang ingin disebut di sini adalah kasyaf yang dianugerahkanTuhan kepada kekasihNya atau walinya. Mukasyafah berasal dari kata kasyafa-yaksyifu berartimenyingkap, menampilkan. Mukasyafah berarti penyingkapan sesuatu yang gaib, abstrak, danterselubung (mahjub). Dalam perspektif tasawuf, mukasyafah lebih tinggi daripada waqi’ah.6Abd, Wahid, Tafsir Isyari., hlm.124.7Mujahadah secara umum adalah: berjuang, bersungguh-sungguh, berperang melawanmusuh. Yang dimaksud disini adalah bersungguh-sungguh untuk memerangi dan menundukkanhawa nafsu untuk diarahkan kepada ajaran agama yang benar.
5dilakukan tafsir bi al-mat’sur atau tafsir bi al-ra’yi dengan cara mengambilistinbath. Tafsir ini kadang-kadang menggunakan metode tafsir balaghi, namunbeberapa ulama menganggap bahwa tafsir isyari tersebut hanyalah sebuah tafsirbukan makna zahir dari ayat Alquran, dan tafsirannya juga harus berdasarkanpemahaman makna zahir terlebih dahulu sebelum makna batin karena pemaknaansecara bathiniyah tidak akan mungkin tercapai jika tidak mengetahui maknazahirnya terlebih dahulu. Ibaratnya adalah bagaimana mungkin seseorangmengetahui ruangan-ruangan di dalam sebuah rumah sebelum melewati pintuterlebih dahulu.Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis inginmengkaji lebih spesifik tentang “HAKIKAT MANUSIA MENURUT PARAMUFASSIR ISYARI”.B. Rumusan MasalahPersoalan tersebut dapat dirumuskan ke dalam beberapa bentuk pertanyaanyaitu:1. Lafaz apa saja yang bermakna manusia dalam Alquran?2. Bagaimana konsep manusia menurut tafsir isyari?C. Tujuan dan Manfaat Penelitian1. Tujuan PenelitianAda beberapa tujuan yang mendasari penulis dalam skripsi ini yakni:1. Mendeskripsikan lafaz-lafaz tentang manusia dalam Alquran2. Menjelaskan konsep manusia menurut tafsir isyari
62. Manfaat Penelitian1. Manfaat Teoretisa. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuanbagi masyarakat luas, dan juga dapat dijadikan khazanah keislamankhususnya di bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir tentang manusia.b. Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk penelitianselanjutnya.2. Manfaat Praktisa. Sebagai bahan masukan bagi pembaca khususnya mahasiswa IlmuAlquran dan Tafsir agar dapat mengetahui tentang hakikat manusiamenurut para mufassir isyari.b. Menambah bahan referensi bagi lembaga-lembaga keislaman yangdapat digunakan oleh guru-guru, mahasiswa maupun masyarakat, sebagaisumber pembelajaran.c. Hasil penelitian diharapkan menjadi masukan serta motivasi kepadamasyarakat setempat guna menjadi insan kamil yg seutuhnya denganmenjalankan amanahnya sebagai pemimpin serta kepala rumah tanggasekalipun maupun dalam hal lain.d. Bagi peneliti sendiri diharapkan dengan adanya penelitian ini dapatmenambah pengalaman dan memperluas wawasan dalam memahami,mendalami dan mengkaji tentang hakikat manusia menurut para mufassirisyari.
7D. Kajian PustakaPenulis dalam melakukan penelitian ini menggunakan beberapa macamsumber diantaranya:Kajian tentang manusia sebelumnya antara lain telah dilakukan nurutAl-Ghazali”(1996), M.Yasir Nasution mengemukakan konsep Al-Ghazali tentangmanusia, manusia adalah makhluk yang terdiri dari badan (fisik atau jasmani),jiwa dan al-ruh. Essensi ketiganya adalah jiwa. 8 Jiwa dan badan mempunyaihubungan yang erat, pada saat hubungan keduanya terputus. Kedua unsur itudisatukan dalam al-nafs (jiwa). Jiwa bersifat immateri dan dinamis. Karya iniberbeda dengan penelitian yang penulis lakukan.Perbedaan yang paling signifikan ialah pada aspek penekanan danobjeknya. Karya Yasir hanya membahas bagian jiwa dari al-insan. Sedangkanpenulis, mengkaji lafaz-lafaz manusia yang ada dalam Alquran seperti al-Insandan al-Basyar, serta bagaimana hakikat nya manusia menurut para mufassir isyari.Dari segi pendekatan, Yasir menggunakan pendekatan sufistik, begitu juga denganpenulis, yasir di sini membahas bagaimana konsep Al-Ghazali tentang manusiayang merupakan ulama tasawuf, kendati demikian penulis tidak hanya mengkajiAl-Ghazali saja, namun ada juga mufassir lain yang termasuk ke dalam mufassirisyari.Kajian tentang manusia sebelumnya juga telah dilakukan oleh H.MusaAsy’arie. Dalam bukunya yang berjudul“Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam8hlm. 217.Muhammad Yasir Nasution, Manusia menurut Al-Ghazali, (Jakarta: Sri Gunting, 1999),
8Alquran” (1992). Menurut Musa Asy’arie manusia disebutkan dalam Alquranberbagai bentuk suku kata seperti insan, dan basyar.9 Kedua kata itu mempunyaihubungan yang erat dengan kedudukan manusia sebagai khalifah dan ‘abd. Insansebagai realisasi dari khalifah dan basyar merealisasikan sifat ‘abd. Dalam karyaini, Asy’arie melihat manusia dari segi penciptaannya serta makna-makna dariterm-term yang memiliki arti manusia. Ia tidak melihat al-Insan dari sisikeutamaan dan kelemahan serta potensi-potensi yang dimilikinya sebagaimanayang penulis lakukan. Masih banyak lagi karya-karya yang membahas tentangManusia (al-Insan). Karya-karya tersebut tidak penulis muat semuanya. Olehsebab itu, karya tersebut bisa penulis jadikan sebagai rujukan dalam prosespenelitian nantinya.Skripsi Hudori IAIN Raden Intan Lampung yang berjudul EksistensiManusia (Analisis Kritis Eksistensialisme Barat dan Islam) 2017. Menurut Hudoriberbicara mengenai manusia ada 4 aliran yaitu: Aliran serba zat, aliran serba roh,aliran dualisme, aliran eksistensialisme. Eksistensialisme adalah merupakan titiktolak filsafat yang mengkaji cara manusia berada di dunia ini, yangkeberadaannya berbeda dengan cara berada benda-benda lain, manusia menyadarikeberadaannya, sedangkan benda-benda lain tidak sadar akan dirinya. Jadi hanyamanusialah yang bereksistensi dan eksistensi itu adanya lebih dahulu daripadaesensi. Penulis tertarik menulis dan mengkaji eksistensi manusia menuruteksistensialisme yang merupakan sebuah sikap terhadap eksistensi manusia,9Musa Asy’arie, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta:Lembaga Studi Filsafat Islam (LESFI), 1992), hlm. 24.
9menekankan kepada pengalaman hidup nyata dan langsung dari tiap-tiap orang ,karena setiap hal yang ada dari tiada adalah fakta.10Al-Ghazali umpamanya, telah berbicara secara mendetail tentang aspekkejiwaan dan begitu juga Ibn Qayyim dalam bukunya yang berjudul “Alam Roh”(2018). Alam roh merupakan hakikat yang ada tapi tidak ada, atau tidak ada tapiada. Jadi semacam alam maya, antara ada dan tiada. Yang pasti menurut Islam,roh itu ada dan memiliki hakikat, karakter dan sifat, bisa merasakan kesedihan dankegembiraan, bisa bergerak ke sana ke mari, naik turun dan berbagai macamaktifitas. Di sana dijelaskan pula macam-macam jiwa, alam barzah, alam mimpi,pertemuan dan dialog antara orang hidup dengan yang sudah meninggal, atautentang nasib manusia di akhirat. 11Skripsi Ummy Roza Elsera UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudulFilsafat Manusia Dalam Muqaddimah Ibnu Khaldun (2007). Menurut Ummypenulisan tentang filsafat manusia dalam muqaddimah Ibnu Khaldun akanmembawa kembali pemikiran-pemikiran tentang manusia terkait dengan hakikat,esensi, inti dan makna keberadaan manusia di muka bumi ini. Bahwa IbnuKhaldun memiliki pandangan sosiologis terkait manusia sebagai makhluk sosialdan makhluk politik, berpandangan antropologis terkait jalan penghidupanmanusia, dan berpandangan religius terkait moral manusia yang dapatdikendalikan oleh faktor ekonomi. Manusia tidak akan mampu menyempurnakaneksistensi dan mengatur kehidupannya secara sendirian, oleh sebab itu, manusiamembutuhkan bantuan dari orang lainnya. Muqaddimah Ibnu Khaldun pada10Hudori, “Eksistensi Manusia(Analisis Kritis Eksistensialisme Barat dan Islam)”(SkripsiInstitut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017), hlm. 63.11Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, dikutip dari buku Alam Roh (Ar Ruh),Insan Kamil.
10intinya lebih banyak berbicara tentang esensi manusia. Secara filosofis, IbnuKhaldun memandang bahwa hakikat atau esensi manusia adalah al-insanumadaniyyun bit-thab’I (manusia adalah makhluk sosial). 12E. Kerangka TeoriJudul penelitian ini adalah Hakikat Manusia Menurut para MufassirIsyari. Maka disini perlu dijelaskan maksudnya agar tidak terjadi kesalahpahamanterhadap judul.Kata ”al-Insan” berasal dari bahasa Arab. Kata al-Insan mempunyai tigaasal kata. Pertama, berasal dari kata anasa yang berarti melihat, mengetahui danminta izin”. Kedua, berasal dari kata nasiaberarti lupa. Ketiga, berasal dari kataal-Uns yang artinya ”jinak lawan dari buas”.13Menurut Jamil Shaliba, kata insanmenunjukkan pada sesuatu yang secara khusus digunakan untuk arti manusia darisegi sifatnya, bukan fisiknya.Dalam bahasa Arab kata insan mengacu kepada sifat manusia yang terpujiseperti kasih sayang, mulia dan lainnya.Alquran menggunakan lafal yangmenunjukkan kepada arti ”manusia” dengan lafal: Masing-masing dari lafaltersebut disebut dalam Alquran yaitu: Lafal االنسان disebut sebanyak 65 kalidalam 63 ayat 43 surat. Lafal االنس disebut sebanyak 18 kali dalam 17 ayat dan 9surat. Lafaz الناس disebut sebanyak 241 kali dalam 225 ayat dan 53 surat. Lafal ( اناس anasa) disebut sebanyak 5 kali dalam ayat dan 4 surat. Lafal اناسي disebut 112Ummy Roza Elsera, “Filsafat Manusia Dalam Muqaddimah Ibnu Khaldun” (SkripsiUniversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), hlm. 72.13Abu Manshur al-Azhari,Tahdzib al-Lughah, (Dar Ihya at-Turast al-Arabi, 2001), hlm.306-314.
11kali dan 1 surat Al-furqan: 49. Dan lafal انسيّا disebut 1 kali dalam 1 ayat dan 1surat, Maryam: 26.Isyarah secara bahasa berarti penunjukan, memberi isyarat. Sedangkantafsir isyari adalah menakwilkan (menafsirkan) ayat Alquran tidak sepertizahirnya, tapi berdasarkan isyarat yang samar yang bisa diketahui oleh orang yangberilmu dan bertakwa, yang pentakwilan itu selaras dengan makna zahir ayat-ayatAlquran dari beberapa sisi syarhis.Adapun Isyarah menurut istilah adalah apa yang ditetapkan (sesuatu yangbisa ditetapkan/dipahami, diambil) dari suatu perkataan hanya dari mengira-ngiratanpa harus meletakkannya dalam konteksnya (sesuatu yang ditetapakan hanyadari bentuk kalimat tanpa dalam konteksnya). Menurut Al-Jahizh bahwa isyaratdan lafal adalah dua hal yang saling bergandeng, isyarat banyak menolong lafal(dalam memahaminya), dan tafsiran (terjemahan) lafal yang bagus bilamengindahkan.14Menurut Shubhi Al-Shalih sebagaimana dikutip dalam buku PengantarIlmu Al-Qur an dan Tafsir mendefinisikan tafsir al-Isyari adalah: ”tafsir yangmentakwilkan ayat tidak menurut zahirnya namun disertai usaha menggabungkanantara yang zahir dan yang tersembunyi.” 15Manna Khalil al-Qattan menyatakan bahwa setiap ayat mempunyai maknazahir dan makna batin (tersembunyi). Makna zahir ialah segala sesuatu yangsegera mudah dipahami akal pikiran sebelum lainnya, sedangkan makna batin14Nana, Mahrani.Tafsir Isyari, Dalam, Jurnal Hikmah. Nomor 1, (2017): 1829-8419.Shubhi Al-Shalihdikutip dalam buku Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang:Asy-Syifa’, 1994, hlm. 5615
12adalah isyarat-isyarat tersembunyi di balik itu yang hanya nampak dan diketahuimaknanya oleh para ahli tertentu (ahli suluk). 16F. Definisi OperasionalDalam penelitian skripsi ini agar tidak menyimpang dari permasalahanyang akan dibahas, maka perlu diberi batasan istilah yang menjadi kajian dalampenulisan skripsi ini. Adapun istilah-istilah tersebut adalah:1. HakikatHakikat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung dua arti, yaituinti sari atau dasar, kenyataan yang sebenarnya (yang sesungguhnya). 172. ManusiaManusia berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “manu”, dalam baha
Dalam tafsir isyari tidak saja mengemukakan makna lafal-lafal, sebagaimana yang dikehendaki lafal, tetapi juga menghadapi makna yang dikehendaki isyarat. Tujuan penelitian disini adalah untuk mendeskripsikan lafaz-lafaz tentang manusia dalam Alquran serta untuk menjelaskan konsep manusia menurut tafsir isyari.