
Transcription
Volume 19 Number 2, 2019ISSN: 1411 – 3411 (p) ISSN: 2549 – 9815 (e)DOI 10.24036/invotek.v19i2.582Jurnal Inovasi Vokasional dan TeknologiPengaruh Sudut Potong dan Kecepatan Putaran Spindel TerhadapKekasaran Permukaan pada Proses Bubut Mild Steel ST 37Yufrizal A1* Eko Indrawan1 Nofri Helmi1 Abdul Aziz1 dan Yoga Amanda Putra 11Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang*Corresponding author, e-mail: [email protected]— Kualitas permukaan hasil pembubutan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktorseperti menentukan kecepatan putaran spindel, menentukan kecepatan potong (cuttingspeed), sudut potong. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan tingkatkekasaran permukaan pada proses bubut Mild Steel ST 37. Setiap permukaan dari bendakerja yang telah mengalami proses permesinan akan mengalami tingkat kekasaran yangberbeda-beda. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang membandingkantingkat kekasaran permukaan benda Mild Steel ST 37. Bahan yang dikerjakan denganpanjang 70 mm, dan dibubut menjadi diameter 20 mm dengan menggunakan 3 macamsudut potong dan 3 macam kecepatan putaran spindel. Alat ukur uji kekasaran permukaanbenda kerja yaitu surface tester mitutoyo SJ-201P. Hasil penelitian ini dapat disimpulkanbahwa kecepatan putaran spindel 740 rpm dengan sudut potong 80 menghasilkanpermukaan yang lebih halus yaitu ( Rap) 5,76 μm atau pada kelas kekasaran N9sedangkan kecepatan putaran spindel 440 rpm dengan sudut potong 80 menghasilkanpermukaan yang kasar ( Rap) 11,47 μm dengan kelas kekasaran permukaan N10.Kata Kunci : Kecepatan Putaran Spindel, Sudut Potong, Kekasaran PermukaanAbstract— The surface quality of turning can be influenced by several factors such asdetermining the spindle rotation speed, determining cutting speed (cutting speed), cut angle.the purpose of this study was to compare the level of surface roughness in the mild steel ST37 on lathe process. Every surface of the workpiece that undergoes a machining process willexperience varying degrees of roughness. This research is an experimental study thatcompares the level of surface roughness of material material Mild Steel ST 37. Material thatis done with a length of 70 mm, and turned into a diameter of 20 mm using 3 kinds of cuttingangles and 3 kinds of spindle rotation speed. Measuring the surface roughness of theworkpiece, namely surface tester mitutoyo SJ-201P. The results of this study can beconcluded that the spindle rotation speed of 740 rpm with 80 cutting angle produces asmoother surface that is ( Rap) 5.76 μm or in the roughness class N9 while the spindlerotation speed is 440 rpm with 80 potong cutting angle produces a surface coarse ( Rap) 11.47 μm with N10 surface roughness class.Keywords : Spindle rotation speed, Cutting angle, Surface roughnessThis is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution LicenseI. PENDAHULUANDalam dunia industri, mesin-mesin perkakassangat berperan dalam mendukung berhasilnyasuatu proses produksi karena tiap bengkel mesinkonstruksi dan bengkel-bengkel pengerjaan logam,pada umumnya mesin-mesin ini banyak digunakandalam pembuatan atau perbaikan komponentertentu dalam suatu mesin. Dari beberapa mesinperkakas yang ada salah satunya adalah mesinbubut. Mesin Bubut adalah suatu mesin perkakasyang digunakan untuk memotong benda yangdiputar. Bubut sendiri merupakan suatu prosespemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukandengan cara memutar benda kerja kemudiandikenakan pada pahat yang digerakkan secaratranslasi sejajar dengan sumbu putar dari bendakerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerakpotong relatif dan gerakan translasi dari pahatdisebut gerak umpan.Received date 28/02/2019, Revised date 11/05/2019, Accepted date 05/09/201929
ISSN : 1411 – 3414 (p)INVOTEKMetrologi yang biasa disebut dengan ilmupengukuran adalah disiplin ilmu yang mempelajarijenis-jenis alat ukur keteknikan, metodepengukuran, kalibrasi dan akurasi di bidangindustri, ilmu pengetahuan dan teknologi. padapraktikum di labor atau workshop seperti:Pemesinan, Produksi pemesinan, Fabrikasi, LasListrik, Pemograman CNC, dan Gambar Teknik.Mengingat pentingnya Metrologi Industri [1]Salah satu karakteristik geometris yang idealdari suatu komponen adalah permukaan yang halus[2]. Dalam prakteknya memang tidak mungkinuntuk mendapatkan suatu komponen denganpermukaan yang betul-betul halus. Hal inidisebabkan oleh beberapa faktor, misalnya faktormanusia (operator) dan faktor-faktor dari mesinmesin yang digunakan untuk membuatnya. Akantetapi, dengan kemajuan teknologi terus berusahamembuat peralatan yang mampu membentukpermukaan komponen degan tingkat kehalusanyang cukup tinggi menurut standar ukuran yangberlaku dalam metrologi yang dikemukakan olehpara ahli pengukuran geometris benda melaluipengalaman penelitian.Tingkat kehalusan suatu permukaan memangperanan yang sangat penting dalam perencanaansuatu komponen mesin khususnya yangmenyangkut masalah gesekan pelumasan, keausan,tahanan terhadap kelelahan dan sebagainya. Olehkarena itu, dalam perencanaan dan pembuatannyaharus dipertimbangkan terlebih dulu mengenaiperalatan mesin yang mana harus digunakan untukmembuatnya serta berapa ongkos yang harusdikeluarkan. Agar proses pembuatannya tidakterjadi penyimpangan yang berati makakarakteristik permukaan ini harus dapat dipahamioleh perencana lebih-lebih lagi oleh operator.Komunikasi karakteristik permukaan biasanyadilakukan dalam gambar teknik. Akan tetapi k suatu permukaan nampaknya sulit.Hasil pembubutan yang berkualitas tinggi dapatdilihat dari segi bentuk, kepresisian ukuran, dankarakteristik permukaan berupa kekasaran daripermukaan benda yang telah dibubut tersebut. Padadasarnya setiap pengerjaan mesin mempunyaipersyaratan kualitas permukaan (kekasaranpermukaan) yang berbeda-beda, tergantung darifungsinya. Karakteristik permukaan tersebut harusdapat digunakan sesuai dengan kebutuhan,sehingga efesiensi permukaan akan lebih sesuaidengan permukaannya. Kekasaran permukaansuatu komponen mesin selalu berhubungan dengangesekan, pelumasan, tahan kelelahan, keausan,30ISSN : 2549 – 9815 (e)maupun perangkaian komponen-komponen mesindan selalu berhubungan dengan suaian.Kekasaran permukaan benda hasil pengerjaanpembubutan menjadi suatu tuntutan yang harusdiperhatikan oleh setiap operator mesin bubut,karena kekasaran permukaan komponen mesinmemiliki pengaruh dalam suatu rangkaian mesinseperti masalah keausan, tahanan terhadapkelelahan dan sebagainya. Tingkat kekasaranpermukaan komponen mesin yang tinggi dapatmenyebabkan terjadinya keausan yang cepat,sehingga komponen mesin cepat rusak danakhirnya efesiensi kerja menjadi menurun dantidak efesien waktu. Baja ST 37 merupakangolongan baja karbon rendah karena di dalam bajaST37 terdapat kandungan karbon 0.17.Pengkodean ST 37 sendiri merupakan pengkodeanuntuk mempermudah dalam pemilihan baja [3].Kekasaran permukaan produk hasil prosespembubutan memiliki fungsi yang sangat penting,maka setiap gambar kerja ada penunjukan syarattentang kekasaran permukaan yang harus dipenuhi.Untuk mendapatkan kekasaran permukaan yangsesuai dengan yang diharapkan sehingga prosesproduksi mampu menghasilkan produk yangberkualitas dan diperlukan pengaturan faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat kekasaranpermukaan produk tersebut. Faktor-faktor yangmempengaruhi tingkat kekasaran permukaanbenda logam dimesin bubut, antara lain: kecepatanspindel, gerak pemakanan (feeding), kedalamanpemakanan, kondisi mesin, bahan benda kerja,sudut pahat potong, material alat potong,pendinginan, kecepatan potong (cutting speed),dan operator.Pahat bubut dan proses permesinan merupakansalah satu faktor penting yang menentukankeberhasilan proses permesinan. Geometri pahatterutama sudut-sudutnya harus dipilih denganbenar disesuaikan dengan jenis material bendakerja, material pahat, dan kondisi gan, serta didapatkan hasil yangmempunyai ketelitian dan kehalusan yang tinggi.Suatu proses pemesinan yang menggunakanpahat sebagai perkakas potongnya, harusmemperhatikan geometri pahat tersebut karenageometri pahat merupakan salah satu faktorterpenting yang menentukan keberhasilan prosespemesinan [4], selain kecepatan potong ditentukanoleh diameter benda kerja faktor bahan benda kerjadan bahan pahat sangat menentukan hargakecepatan potong [5]. Dalam pemotongan (depthOf Cut) adalah jarak dari dasar pemotongan kepermukaan yang tidak dipotong dari benda kerjaINVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 19 No. 2, 2019
ISSN : 1411 – 3414 (p)INVOTEKdiukur tegak lurus” [6]. Untuk pahat bubut bermatapotong tunggal, sudut pahat yang paling pokokadalah sudut beram (rake angle), sudut bebas(clearance angle), dan sudut sisi potong (cuttingedge angle). Sudut potong merupakan sisi potongpahat yang menyentuh permukaan benda danmenyayat permukaan benda kerja. Akibat ketidaksempurnaan alat ukur, cara pengukuran dan caraevaluasi hasil pengukuran suatu permukaanbenda kerja yang sesungguhnya (real, surface)tidak dapat dibuat grafiknya atau nya [4].Mekanikaprosespemotonganlogammembutuhkan parameter yang melibatkan kondisipemotongan dan geometri serta kemampuan pahatpotong. Semakin besar kecepatan potong semakinbesar pula konsumsi tenaga mesinnya. Penampangserpihan dalam proses pemotongan besarnyatergantung kepada gerak makan (mm/put) ataudalam/tebalnya kedalaman potong (mm). Dalamproses pemesinan, untuk mencapai kondisipemotongan yang optimal dan stabil sangat perludiperhatikan adanya kombinasi besaran lajupemotongan, gerak makan, dan kedalamanpemotongan yang sangat erat kaitannya terhadapumur pahat serta kualitas permukaan bahantermesin [7]. Pahat yang bergerak relatif terhadapbenda kerja akan menghasilkan geram dansemetara itu permukaan benda kerja secaraberatahap akan terbentuk menjadi komponen yangdikehendaki. Pahat dapat diklasifikasikan menjadidua jenis, yaitu pahat bermata tunggal dan bermatajamak. Gerak relatif pahat terhadap benda kerjadapat dipisahkan menjadi dua komponen gerakan,yaitu gerak potong dan gerak makan. Menurut jeniskombinasi dari gerak potong dan gerak makanmaka proses pemesinan dikelompokkan menjaditujuh macam proses yang berlainan, yaitu: prosesbubut, proses gurdi, proses freis, proses gerindarata, proses gerinda silindris, proses sekrap, prosesgergaji atau parut.Sudut-sudut yang terdapat pada mata pahatdisebut dengan sudut utama pahat (basic toolangle) dan komposisinya disebut juga sebagaigeometri pahat (tool geometry). Susunan sudutsudut utama dan jari-jari mata potong (nose radius)disebut tanda pahat (tool signature). Menurutstandarisasi dari ASA (American StandartAssosiation) tool signature dari single point toolmeliputi: Rake angles, relief angles, cutting egdeangles dan nose radius. Jika clereance anglesdimasukkan dalam tool signature maka akanterlihat sepertiPengaruh Sudut Potong .(Yufrizal et al.)ISSN : 2549 – 9815 (e)gambar berikut. Akan tetap pada umumnyacelreance angles tidak dimasukkan dalam toolsignature karena dianggap sama dengan reliefangles.Gambar 1. Tanda pahat (tool signature) [7]Gambar 2. Sudut pahat [7]Keterangan gambar: Sudut garuk belakang (back rake angle) sudutantara face dan garis yang sejajar dengan basedan diukur pada bidang yang tegak lurus denganmata potong sisi (side cutting edge) Sudut garuk sisi (side rake angle) sudut antaraface dan garis yang sejajar dengan base dandiukur pada bidang yang tegak lurus pada basedan side cutting edge. Sudut mata potong ujung (end cutting edgeangle) sudut antara ujung cutting edge dan garistegak lurus pada shank. Sudut mata potong sisi (side cutting edge angle)sudut antara side cutting edge dan sisi lain darishank. Sudut celah sisi (side relief angle) sudut kedualangsung dibawah side clearence angle.31
ISSN : 1411 – 3414 (p)INVOTEK Sudut celah ujung (end relief angle) sudutkedua langsung dibawah end clearence angle. Radius pojok (nose radius/tool point)merupakan perpotongan antara side cuttingedge dengan end cutting edge.Akibat ketidak sempurnaan alat ukur, carapengukuran dan cara evaluasi hasil pengukuransuatu permukaan benda kerja yang sesungguhnya(real, surface) tidak dapat dibuat grafiknya atauduplikatnya, melainkan hanya mendekati bentuksesungguhnya. Permukaan yang mendekati bentukpermukaan sesungguhnya disebut permukaanterukur (measure surface). Akibat penyimpanganpenyimpangan selama proses pemotongan, makapermukaan geometris ideal (geometrically idealsurface) yaitu permukaan yang dianggapmempunya bentuk yang sempurna, tidak mungkindapat dibuat. Sedangkan permukaan yangdisyaratkan pada gambar teknik dengan cara-carastandart tertentu disebut permukaan nominal(nominal surface).Berdasarkan gambar teknik, dimana dinyatakanspesifikasi geometris suatu produk komponenmesin, salah satu atau beberapa jenis prosespemesinan harus dipilih sebagai suatu proses atauurutan yang digunakan untuk membuatnya. Bagisuatu tingkatan proses, ukuran obyektif ditentukandan pahat harus membuang sebagian materialbenda kerja sampai ukuran obyektif tersebutdicapai. Hal ini dapat dilaksanakan dengan caramenentukanpenampanggeram(sebelumterpotong) dan selain itu setelah berbagai aspekteknologi ditinjau, kecepatan pembuangan geramdapat dipilih supaya waktu pemotongan sesuaidengan yang dikehendaki. Situasi seperti ini timbulpada setiap perencanaan proses pemesinan.Beberapa elemen dasar pemesinan yang harusdiketahui: a. kecepatan potong (cutting speed): V(m/min),b. kecepatan makan (feedingspeed): vf (mm/min) c. kedalaman potong (depthof cut): a (mm), d. waktu pemotongan (cuttingtime): tc (min), e. kecepatan penghasil geram: Z(cm3/min), elemen proses pemesinan tersebut(V,vf, a, tc, Z) dihitung berdasarkan dimensi bendakerja dan pahat serta besaran dari mesin perkakas[6]. Besaran mesin perkakas yang dapat diaturbermacam-macam tergantung dari jenis mesinperkakas. Oleh sebab itu, rumus yang dipakaiuntung menghitung setiap elemen prosespemesinan dapat berlainan.Profil adalah garis yang dihasilkan pada prosespemotongan, khususnya pemotongan orthogonaldan pemotongan miring (oblique). Beberapa istilah32ISSN : 2549 – 9815 (e)profil dan parameter permukaan dapat dilihat padagambar dibawah ini:Gambar 3. Macam profil dan parameterPermukaan [7]Gambar 4. Bidang dan profil penampangPermukaan [7]Keterangan gambar: Profil geometri ideal (geometrically idealprofile), adalah profil permukaan geomterisideal (dapat berupa garis lurus ataupun garislengkung). Profil terukur (measured profile), adalah profildari permukaan terukur. Profil referensi (reference profile), adalah profilyang digunakan sebagai referensi untukmenganalisa ketidakteraturan konfigurasipermukaan. Profil ini dapat berupa garis lurusatau garis bentuk sesuai dengan profil geometrisideal, serta menyinggung puncak tertinggi dariprofil terukur dalam suatu panjang sampel. Profil dasar (root profile), adalah profilreferensi yang digeserkan ke bawah (arah tegaklurus terhadap profil geometris ideal pada suatupanjang sampel), sehingga menyinggung titikINVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 19 No. 2, 2019
ISSN : 1411 – 3414 (p)INVOTEKterendah dari profil terukur. Profil tengah (centre profile), adalah profilereference yang digeser ke bawah sedemikianrupa, sehingga sejumlah luas dari daerah-daerahdiatas profil tengah sampai ke profil terukuradalah sama dengan jumlah luas dari daerahdibawah profil tengah sampai ke profil terukur. Kedalaman total (peak to valley height, Rt),jarak rata-rata antara profil referensi dan profildasar (μm). Kedalaman perataan (peak to mean line, Rp),jarak rata-rata antara profil referensi denganprofil terukur.(1) Kekasaran rata-rata aritmetis (mean roughnessindex, Ra), adalah harga rata-rata aritmetis dariharga absolutnya jarak antara profil terukurdengan profil tengah.Mitutoyo SJ-201P, dimana hasil pengujiandiperoleh melalui percobaan langsung terhadapbenda uji. Berdasarkan pokok permasalahan yangtelah dibahas pada bab sebelumnya, data yangdiperoleh melalui hasil uji kekasaran permukaanbenda uji.Objek yang digunakan pada penelitian ini yaituMild Steel ST 37 dengan diameter 25,4 mm denganpanjang 70 mm. jumlah specimen uji ada 9 buahdan direplika sebanyak 3 kali, maka ada 27 datapenelitian dengan menggunakan pahat bubut HSS.Pada penelitian ini menggunakan pahat jenis HSS(High Speed Steel), bahan baja Mild Steel 37dengan diameter 25,4 mm yang akan dibubutmenjadi 20 mm sepanjang 40 mm.Berdasarkan landasan teori yang ada, harga cuttingspeed untuk baja ST 37 adalah 30-42 m/menit.Harga kecepatan potong (cutting speed) yangpenulis ambil sebagai berikut : 35 m/menit. Makadiameter rata-rata benda adalah sebagai berikut : (2)Fakta yang sering terjadi dilapangan dalampengamatan penulis, kecepatan putaran spindel dansudut potong pahat dan besar sudutnya kurangdiperhatikan, biasanya seorang operator mesinyang penulis temukan hanya menggunakanperasaannya (feeling) saja, sehingga banyak bendakerja yang dihasilkan menjadi kasar permukaannya.Untuk meminimalisir kekasaran permukaantersebut banyak dari operator menggunakanamplas atau kikir untuk menghaluskan permukaanbenda tersebut.II. METODE en. Metode penelitian eksperimen dapatdiartikan sebagai metode penelitian yangdigunakan untuk mencari pengaruh perlakuanterhadap yang lain dalam kondisi yangterkendalikan [8]. Penelitian ini untuk melihattingkat kekasaran permukaan mild steel ST 37 hasilpembubutan dengan menggunakan pahat bubutHSS (High Speed Steel) dengan kecepatan putaranspindel dan sudut potong pahat yang berviariasidan mencari pengaruh kecepatan potong spindeldan sudut potong pahat terhadap kekasaranpermukaan logam hasil pembubutan material mildsteel ST 37. Untuk mengukur kekasaranpermukaan benda menggunakan Surface TesterPengaruh Sudut Potong .(Yufrizal et al.)ISSN : 2549 – 9815 (e) 22.5 mmSehingga kecepatan putaran mesin adalah : ., , 495,39 RpmInstrumen penelitian adalah alat atau n data agar pekerjaannya lebihmudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebihcermat, lengkap dan sistematis sehingga lebihmudah diolah [9]. Instrumen pengumpulan datapada penelitian dilakukan dengan langkah-langkahsebagai berikut : menyiapkan tabel-tabel yangdibutuhkan sesuai dengan penelitian yangdilakukan, Mengisi tabel yang sudah disiapkantersebut dengan data hasil penelitian dan Analisispengujian benda kerja.III. HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilBerdasarkan data hasil pengukuran kekasaranpermukaan menggunakan alat ukur surface testermitutoyo SJ-201P pada spesimen Mild Steel ST 37dari hasil pengerjaan proses bubut kering tanpamenggunakan pendingin menggunakan alat potongHSS (High Speed Steel) merk bohler yangdivariasikan dengan kecepatan putaran spindel dansudut potong pahat maka diperoleh data hasilpengukuran sebagaimana tertera pada Tabel 1.33
ISSN : 1411 – 3414 (p)INVOTEKISSN : 2549 – 9815 (e)Tabel 1. Data Hasil PenelitianSudutKecepatanPotongBendaUjiTingkat Kekasaran an(Rpm)(mm)ƩRa,44080 11,5811,7030,509,659,559,7210,46ΣRap85 90 ,079,389,3130,508,908,406,707,007,75ΣRap54080 8,44ΣRap85 9,569,7130,508,278,937,246,987,85ΣRap90 8ΣRap74080 7,50ΣRap85 310,069,6930,507,777,817,717,817,77ΣRap90 il pengukuran kekasaran permukaan pada27 spesimen hasil dari proses pembubutan keringtidak menggunakan pendingin dengan kecepatanputaran spindel (n) 440, 540, 740 Rpm dan sudut34ΣRas9,57N10N10N10N10N10N10N9N10N10potong pahat 80 , 85 , dan 90 . Angka kekasaranpermukaan terkecil yang dicapai adalah (ΣRap) 5,76 μm dengan kelas kekasaran permukaan N7yaitu pada parameter kecepatan putaran 740 Rpmdengan sudut potong 80 . Sedangkan angkaINVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 19 No. 2, 2019
ISSN : 1411 – 3414 (p)INVOTEKkekasaran permukaan yang terbesar yang dicapaiadalah (ΣRap) 11,47C dengan kelas kekasaranpermukaan N10 yaitu pada parameter kecepatan440 Rpm dengan sudut potong pahat 80 . Nilaitingkat kekasaran yang dicapai adalah antara N9 –N10 (ISO roughness number).Terjadinya perbedaan nilai kekasaran dariketiga spesimen dalam satu sudut potong pahat, inidikarenakan yang pertama tidak meratanyakomposisi benda kerja, yang kedua dalam prosespembubutan tidak menggunakan cairan pendinginpada saat pembubutan berlangsung sehingga pahatcepat panas dan mudah tumpul, yang ketiga dalampengasahan sudut potong pahat tidak tepat dantidak presisi dikarenakan dalam proses pengasahanpahat masih menggunakan cara manual.B. Pengaruh Sudut Potong dan KecepatanPutaran Spindel terhadap KekasaranPermukaan Pada Proses Bubut Mild Steel ST37.Didapat data dan dihitung nilai rata-ratakekasaran permukaan per spesimen dan rata-ratakekasaran permukaan berdasarkan sudut potongpahat dapat dilihat Gambar 5.Nilai Harga Kekasaran (μm )ISSN : 2549 – 9815 (e)dikarenakan kecepatan putaran rendah sehinggakekasaran permukaan yang dihasilkan kasar, danjuga faktor komposisi benda yang tidak meratadapat mempengaruhi ingkat kekasaran dan jugadalam pengasahan alat potong menggunakan caramanual dapat dilihat Gambar 7.Nilai Harga Kekasaran (μm )1086KecepatanPutaran540 Rpm420Sudut Sudut Sudut808590Gambar 6. Grafik Kekasaran KecepatanPutaran Spindel 540 RpmNilai Harga Kekasaran (μm )121014812610KecepatanPutaran740 Rpm48Kecepatan Putaran440 Rpm6420Sudut Sudut Sudut808590Gambar 5. Grafik Kekasaran Kecepatan PutaranSpindel 440 RpmSudut potong 80 lebih tinggi nilai kekasaranpermukaannya yaitu (ΣRap) 11,47 μm, inidikarenakan sudut potong pahat agak runcingdengan kecepatan putaran rendah sehinggakekasaran permukaan yang dihasilkan kasar, danjuga faktor komposisi benda yang tidak meratadapat mempengaruhi ingkat kekasaran dan jugadalam pengasahan alat potong menggunakan caramanual dapat dilihat pada Gambar 6.Sudut potong 80 lebih tinggi nilai kekasaranpermukaannya yaitu (ΣRap) 9,14 μm, iniPengaruh Sudut Potong .(Yufrizal et al.)20Sudut Sudut SudutPotong Potong Potong808590Gambar 7. Grafik Kekasaran KecepatanPutaran Spindel 740 RpmSudut potong 85 lebih tinggi nilai kekasaranpermukaannya yaitu (ΣRap) 9,60 μm, kekasaranpermukaan yang dihasilkan kasar, dan juga faktorkomposisi benda yang tidak merata dapatmempengaruhi ingkat kekasaran dan juga dalampengasahan alat potong menggunakan cara manual.Pada percobaan dengan kecepatan putaranspindel 440 Rpm dengan sudut potong pahatsebesar 80 dengan tingkat kekasaran permukaanpaling tinggi diantara percobaan lainnya, dengannilai kekasaran permukaan (ΣRap) 11,47 μmdapat dilihat Gambar 8.35
ISSN : 1411 – 3414 (p)14121086420INVOTEKA Yufrizal. (1993). Teknologi ProsesPemesinan Dasar-Dasar Pengetahuan MesinBubut. Padang: FPTK IKIP Padang.[7] Rochim, Taufiq, 1985, Teori dan TeknologiProses Pemesinan, Higher EducationDevelopment Support, Jakarta[8] Suharsimi Arikunto. (2010). ProsedurPenelitian: Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.[9]. (2013). Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktek. Jakarta: RinekaCipta[6]SudutPotong 80SudutPotong 85Sudutpotong 90Gambar 8. Grafik kekasaran KecepatanKekasaran Putaran Spindel dan sudut PotongPahatPemakaian sudut potong 80 dengan putaranrendah menghasilkan nilai kekasaran permukaanyang tinggi. Ini dikarenakan putaran rendah.IV. KESIMPULANProses bubut permukaan ini, nilai ΣRap hargakekasaran permukaan yang halus atau yang terbaikdidapat pada sudut potong 80 dan kecepatan 740Rpm dengan (ΣRap) 5,76 μm atau pada kelaskekasaran N9 sedangakan nilai ΣRap hargakekasaran permukaan yang kasar didapat padasudut potong 80 dan kecepatan putaran spindel440 Rpm (ΣRap) 11,47 μm atau pada kelaskekasaran N10.DAFTAR PUSTAKA[1] Indrawan, E., & Rifelino, R. (2014).PENINGKATANAKTIFITASBELAJAR MAHASISWA I INDUSTRI. PenelitianPendidikan, 5(1).[2] Munaji, Sudji, 1980, Dasar-Dasar MetrologiIndustri, proyek Pengembangan LembagaPendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta.[3] BondanT. Sofyan. (2010). PengantarMaterial Teknik. Jakarta: Salemba Teknika.[4] Paridawati. (2015). Pengaruh Kecepatan danSudut Potong Terhadap Kekasaran BendaKerja Pada Mesin Bubut. Bekasi: UniversitasIslam 45 Bekasi.[5] Widarto. (2008). Teknik Pemesinan. Jakarta:Direktorat Pembinaan Sekolah MenengahKejuruan36ISSN : 2549 – 9815 (e)Biodata PenulisYufrizal A, lahir di Padang, 21 April 1961.Sarjana Pendidikan di Jurusan Teknik Mesin FPTK1981-1985. Tahun 2012 memperoleh gelarMagister Pendidikan di jurusan TeknologiPendidikan Program Pascasarjana UNP denganbidang konsentrasi Pendidikan Kejuruan. Stafpengajar di jurusan Teknik Mesin FT UNP sejaktahun 1986- sekarang.Eko Indrawan, lahir di Pulau Kijang, 14 Januari1980. Sarjana di Jurusan Teknik Mesin ITPPadang Tahun 1999-2003. Tahun 2008memperoleh gelar Magister Pendidikan di jurusanTeknologi Pendidikan Program Pascasarjana UNPdengan bidang konsentrasi Pendidikan Kejuruan.Staf pengajar di jurusan Teknik Mesin FT UNPsejak tahun 2010- sekarang.Nofri Helmi, lahir di Batu Sangkar, 04 November1963. Sarjana Pendidikan di Jurusan Teknik MesinFPTK 1983-1987. Tahun 1998 memperoleh gelarMagister di Program Pascasarjana Unair Surabayadengan bidang Keselamatan Kerja. Staf pengajar dijurusan Teknik Mesin FT UNP sejak tahun 1989sekarang.Abdul Aziz, lahir di Kodya Padang, 04 Maret1962. Sarjana Pendidikan di Jurusan Teknik MesinFPTK 1981-1985. Tahun 2010 memperoleh gelarMagister Pendidikan di jurusan TeknologiPendidikan Program Pascasarjana UNP denganbidang konsentrasi Pendidikan Kejuruan. Stafpengajar di jurusan Teknik Mesin FT UNP sejaktahun 1986- sekarang.Yoga Amanda Putra, Sarjana Pendidikan diJurusan Teknik Mesin FT 2014-2018INVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 19 No. 2, 2019
pengukuran adalah disiplin ilmu yang mempelajari jenis-jenis alat ukur keteknikan, metode pengukuran, kalibrasi dan akurasi di bidang industri, ilmu pengetahuan dan teknologi. pada praktikum di labor atau work